IBX5B1983B5DCA99

Opsional

Monday, November 21, 2016

PERBANDINGAN KONSEP FREE WILL DAN PREDESTINATION

MAKALAH

 ANALISA DAN PERBANDINGAN KONSEP FREE WILL DAN PREDESTINATION

untuk memenuhi tugas matakuliah Sejarah Peradaban Islam
yang dibimbing oleh Sarkowi.Spdi.M.A


Disusun oleh:
1. M.SUKRON                                    (10610067)
2.THOUFINA KURNIYATI (10610068)
3.KHAFIDHOH NURUL AINI         (10610069)

Korektor :
Kelompok 11
1.      M. Jauzi                     (05520042)
2.      Nova Nevisa AF        (10610070)
3.      Siti Zuhriyah              (10610071)
4.      Suryani Aswatul A    (10610073)
                                                                          








JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan kita nikmat dan rahmatnya kepada kami, sehingga kami bisa menyusun makalah ini tanpa halangan suatu apapun. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang dengan adanya ad-Dien al-Islam, baserta keluarga dan para sahabatnya.
Alhamdulillahirabbil’alamin makalah tentang konsep free will dan predestinationt, yang membahas tentang analisa dan perbandingan free will dan predestination berhasil kami selesaikan dengan tanpa halangan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun  dari pembaca.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kami khusunya dan bagi pembaca umumnya. Amiin.


Malang.21 April 2011

    Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini. yang pertama yaitu karena adanya tugas yang diberikan oleh dosen pembibing agar menyusun makalah tentang free will dan predestination sebagai bahan untuk dipelajari dan sebagai tugas.
Latar belakang yang kedua yaitu  sudah sangat berkurangnya pengetahuan kami tentang analisa dan perbandingan konsep free will dan predestination  untuk ditelaah dan dipelajari, sebagai bahan pembelajaran dan pandangan hidup.
Makalah ini juga disusun berdasarkan latar belakang ketiga, yaitu adanya dorongan dari diri kami untuk menambah wawasan tentang perbandingan konsep free will dan predestination. Dengan disusunnya makalah ini secara otomatis kami sudah menambah sedikit lagi wawasan kami.
Konsepsi tentang perbuatan manusia pernah menjadi perdebatan yang begitu hebat di dunia Islam. Begitu hebatnya perdebatan itu, sehingga mengakibatkan pembunuhan terhadap para aktifisnya. Nuansa perdebatan itu pun hingga kini masih terasa.
Dalam ranah pemikiran Islam,perbuatan manusia diinterpretasikan oleh dua aliran yang paradoks. Pertama, ada yang memandangnya sebagai kehendak bebas manusia. Bahwa perbuatan-perbuatan manusia itu adalah diciptakan manusia sendiri. Manusialah yang berkehendak. Apa yang dia inginkan, dia bias lakukan. Sebaliknya, yang tidak diinginkan, dia bias saja untuk tidak melakukannya. Kedua, begi kelompok ini perbuatan manusia itu bukan diciptakan oleh manusia. Melainkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Bagi kelompok ini, manusia tidak bias berbuat apa-apa, manusia tidak memiliki kekuatan untuk melakukan perbuatan. Manusia hanyalah dikendalikan Allah subhanahu wa ta’ala. Aliran pertama ini, dalam pemikiran Islam dikenal dengan sebutan Qadariyah. Sementara yang kedua disebut Jabariyah.

B.TUJUAN
Makalah perbandingan konsep free will dan predestination ini disusun dengan dasar beberapa tujuan, yaitu :
1.  Untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen, yaitu membuat makalah tentang    perbandingan konsep free will dan predestination untuk bahan tugas.
2.  Untuk menambah wawasan tentang konsep free will dan predestination.


C.RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
                  1. Bagaimana analisa konsep free will?
                  2. Bagaimana analisa konsep predestination?
                  3. Bagaimana perbandingan konsep antara free will dan predestuination?
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu
1.      Bagaimana konsep free will ?
2.      Bagaimana konsep Presdestination ?
3.      Bagaimana perbedaan konsep antara free will dan predestination ?

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu untuk :
1.      Mengetahui konsep free will
2.      Mengetahui konsep presdestination
3.      Mengetahui perbedaan konsep antara free will dan presdestination



BAB II
PEMBAHASAN

A.FREE WILL DAN PREDESTINATION
Mungkin terbersit pertanyaan, apa hubungannya free will dan Predistination dengan Qadariyah dan Jabariyah, sehingga kedua aliran tersebut dijadikan acuan dalam pendahuluan. Menurut Harun Nasution yang kemudian diikuti Dr. Hasan Zaini, Qadariyah dalam isitlah inggrisnya dikenal dengan nama free will, sedangkan Jabariyyah dikenal dengan sebutan predestination atau fatalism. Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat sekali antara istilah-istilah itu. Namun, disini yang akan dibicarakan bukan mengenai kedua aliran itu (Qadariyah dan Jabariyah), melainkan nilai dan fahamnya.

A.    FREE WILL DAN PREDESTINATION
Mungkin terbersit pertanyaan, apa hubungannya free will dan Predistination dengan Qadariyah dan Jabariyah, sehingga kedua aliran tersebut dijadikan acuan dalam pendahuluan. Menurut Harun Nasution yang kemudian diikuti Dr. Hasan Zaini, Qadariyah dalam isitlah inggrisnya dikenal dengan nama free will, sedangkan Jabariyyah dikenal dengan sebutan predestination atau fatalism. Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat sekali antara istilah-istilah itu. Namun, disini yang akan dibicarakan bukan mengenai kedua aliran itu (Qadariyah dan Jabariyah), melainkan nilai dan fahamnya.

a. FREE WILL

Ø  Qodariyah

Term Qodariyah mengandung dua arti,pertama : orang orang yang memandang manusia berkuasa atas dan bebas dalam perbuatan perbuatannya.Dalam arti itu Qodariyah barasal dari qodaro yakni berkuasa,kedua : orang orang yang memandang nasib manusia telah ditentukan dari azal.

Menurut Qodariyah,manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.,dalam istilah inggrisnya free will dan free act. Menurut kaum qodariyah,manusia berkuasa atas perbuatan perbuatannya baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia sendiri pula yang malakukan atau menjauhi perbuatan perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri. Dalam paham ini manusia merdeka dalam tingkah lakunya,ia berbuat baik atas kemauan dan kehendaknya sendiri. Demikian pula ia berbuat jahat atas kemauan dan kehendaknya sendiri.
Ayat ayat yang boleh membawa kepada paham qodariyah umpamanya yaitu:

Waqulil khaqqu min robbikum faman syaa a falyu’min wa man syaa a falyakfur
Artinya : katakanlah ,”kebenaran datang dari Tuhanmu. Siapa yang mau percayalah ia, siapa yang mau janganlah ia percaya”(QS. Al Kahf 18:29).

I’maluu ma syi’tum  innahu bimaa ta’maluuna bashiirun
Artinya : “Buatlah yang apa kamu kehendaki,sesungguhnya ia melihat apa yang kamu perbuat”(QS. Fussilat 41:40).

Salah satu penganut Qodariyah adalah Mu’tazilah,dimana mereka meyakini bahwa yang mewujudkan perbuatan manusia adalah daya manusia itu sendiri dan bukanlah daya Tuhan. Daya Tuhan tidak mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan perbuatan manusia. Perbuatan ini diwujudkan semata mata oleh daya yang diciptakan Tuhan didalam diri manusia.Oleh karena itu perbuatan manusia adalah sebenarnyaperbuatan manusia dan bukan perbuatan Tuhan. Untuk memperkuat paham diatas,kaum Mu’tazilah membawa argument argument rasional dan ayat ayat al qur’an. Argument rasionalnya adalah sebagai berikut : Manusia dalam berterima kasih atas kebaikan kebaikan yang diterimahnya,menyatakan terima kasih nya kepada manusia yang berbuat kebaikan itu,dan sebaliknya. Sekiranya perbutan perbuatan baik buruk itu adalah perbuatan Tuhan dan bukan perbuatan manusia ,tentunya rasa terima kasih dan rasa tidak senang itu akan ditujukan manusia kepada Tuhan dan bukan kepada manusia. Ayat ayat yang memperkuat argument rasional tersebut adalah;

Jazaa an bima kaanuu ya’ maluuna

Artinya : “…sebagai upah atas apa yang mereka perbuat.” Al-Sajadah (32)-17.

Sekiranya perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan dan bukan perbuatan manusia,pemberian balasan dari Tuhan atas perbuatan manusia,seperti disebut dalam ayat ini,tidak ada artinya.
            Pendapat mu’tazilah ditentang oleh al-Ghazali,karena menurut pendapatnya hal hal itu bertentangan dengan ijma’atau consensus alim ulama tentang tidak adanya pencipta kecuali Allah (la khaliqa illa Allah). Al-Asy’ari juga menentang pendapat mereka,Al-Asy’ari menyatakan bahwa daya untuk berbuat adalah daya Tuhan dan bukan daya manusia.
            Untuk menggambarkan hubungan perbuatan manusia dengan kemauan dan kekuasaan mutlak Tuhan, Al-Asy’ari memakai kata al-kasb (acquisition,perolehan),
Dalam perbuatan terdapat dua unsure,penggerak yang mewujudkan gerak dan badan yang bergerak. Penggerak yaitu pembuat gerak yang sebenarnya (al-fa’il laha ‘ala haqiqatiha) adalah Tuhan dan yang bergerak adalah manusia. Yang bergerak tidaklah Tuhan karena gerak menghendaki tempat yang bersifat jasmani,Tuhan tidak mungkin mempunyai bentuk jasmani. Pembuat yang sebenarnya dalam al-kasb ialah Tuhansedangkan yang memperoleh perbuatan adalah manusia.

1. FREE WILL (Qodariyah)

Term Qodariyah mengandung dua arti, pertama : berasal dari kata qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan, kedua: bersal dari kata qudrah yang artinya kekuatan untyuk melaksanakan kehendaknya. Dari dua pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwasannya Qadariyah merupakan suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan, mereka dapat melakukan segala sesuatu dan meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.
Menurut Qodariyah,manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.,dalam istilah inggrisnya free will dan free act. Menurut kaum qodariyah,manusia berkuasa atas perbuatan perbuatannya baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia sendiri pula yang malakukan atau menjauhi perbuatan perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri. Dalam paham ini manusia merdeka dalam tingkah lakunya,ia berbuat baik atas kemauan dan kehendaknya sendiri. Demikian pula ia berbuat jahat atas kemauan dan kehendaknya sendiri.
Ayat ayat yang boleh membawa kepada paham qodariyah umpamanya yaitu:
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ (الكهف )
Artinya : katakanlah ,”kebenaran datang dari Tuhanmu. Siapa yang mau percayalah ia, siapa yang mau janganlah ia percaya”(QS. Al Kahf 18:29).
اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (فصلت)
Artinya : “Buatlah yang apa kamu kehendaki,sesungguhnya ia melihat apa yang kamu perbuat”(QS. Fussilat 41:40).

Salah satu penganut Qodariyah adalah Mu’tazilah,dimana mereka meyakini bahwa yang mewujudkan perbuatan manusia adalah daya manusia itu sendiri dan bukanlah daya Tuhan. Daya Tuhan tidak mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan perbuatan manusia. Perbuatan ini diwujudkan semata mata oleh daya yang diciptakan Tuhan didalam diri manusia.Oleh karena itu perbuatan manusia adalah sebenarnyaperbuatan manusia dan bukan perbuatan Tuhan. Untuk memperkuat paham diatas,kaum Mu’tazilah membawa argument argument rasional dan ayat ayat al qur’an. Argument rasionalnya adalah sebagai berikut : Manusia dalam berterima kasih atas kebaikan kebaikan yang diterimahnya,menyatakan terima kasih nya kepada manusia yang berbuat kebaikan itu,dan sebaliknya. Sekiranya perbutan perbuatan baik buruk itu adalah perbuatan Tuhan dan bukan perbuatan manusia ,tentunya rasa terima kasih dan rasa tidak senang itu akan ditujukan manusia kepada Tuhan dan bukan kepada manusia. Ayat ayat yang memperkuat argument rasional tersebut adalah;
جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya : “…sebagai upah atas apa yang mereka perbuat.” Al-Sajadah (32)-17.

Sekiranya perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan dan bukan perbuatan manusia,pemberian balasan dari Tuhan atas perbuatan manusia,seperti disebut dalam ayat ini,tidak ada artinya.
            Pendapat mu’tazilah ditentang oleh al-Ghazali,karena menurut pendapatnya hal hal itu bertentangan dengan ijma’atau consensus alim ulama tentang tidak adanya pencipta kecuali Allah (la khaliqa illa Allah). Al-Asy’ari juga menentang pendapat mereka,Al-Asy’ari menyatakan bahwa daya untuk berbuat adalah daya Tuhan dan bukan daya manusia.
            Untuk menggambarkan hubungan perbuatan manusia dengan kemauan dan kekuasaan mutlak Tuhan, Al-Asy’ari memakai kata al-kasb (acquisition,perolehan),
Dalam perbuatan terdapat dua unsure,penggerak yang mewujudkan gerak dan badan yang bergerak. Penggerak yaitu pembuat gerak yang sebenarnya (al-fa’il laha ‘ala haqiqatiha) adalah Tuhan dan yang bergerak adalah manusia. Yang bergerak tidaklah Tuhan karena gerak menghendaki tempat yang bersifat jasmani,Tuhan tidak mungkin mempunyai bentuk jasmani. Pembuat yang sebenarnya dalam al-kasb ialah Tuhansedangkan yang memperoleh perbuatan adalah manusia.


b. PREDESTINATION

Ø  Jabariyah
Kaum jabariyah berpendapat sebaliknya. Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Jadi nama Jabariyah berasal dari kata jabaro yang mengandung arti memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam istilah inggris paham ini disebut fatalism atau predestination. Perbuatan perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qodlo dan qodar.

Ayat-ayat yang membawa kepada faham jabariyah, yaitu:


Maa kaa nuu liyu’minuu illa an yasyaa allah


Artinya:Mereka sebenarnya tidak akan percaya , sekirana Allah tidak menghendaki(QS. Al An’am 6:112).

Wa maa a shooba min mushiibatin fil ‘ardhi wa laa fi anfusakum illaa fi qobli an nairoiha

Artinya:Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan diri kamu, kecuali telah (ditentukan) di dalam buku sebelum Kami wujudkan(QS. Al Hadid 57: 22).
Al Ghazali member keterangan yang sama,Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia dan daya untuk berbuat dalam diri manusia. Perbuatan manusia terjadi dengan daya Tuhan dan bukan dengan daya manusia,sungguhpun yang tersebut terakhir ini rapat hubungannya dengan perbuatan itu. Oleh karena itu tidak dapat dikatakan manusialah yang menciptakan perbuatannya,untuk itu harus dicari term baru,kata Ghazali selanjutnya,dan sesuai dengan apa yang disebut dalam Al Qur’an,perbuatan manusia disebut al-kasb.

Dalam paham al Asyari untuk terwujudnya perbuatan perlu ada dua daya ,daya Tuhan dan daya manusia.Tetapi yang berpengaruh dan yang efektif pada akhirnya dalam perwujudtan ialah daya Tuhan.Demikianlah pahan Al Kasb sebagai diterangkan oleh pumuka-pemuka Asy Ariyah.Dalam al milal ,al syahrastani mengatakan bahwa al kasb adalah perbuatan yan terletak di dalam lingkungan kekuasaan daya yang diciptakn dan diwujudkan dengan perantaraan daya yang diciptakan.Oleh karena ituMuhammad Abduh bahwa manusiaa dalam etori al kasb tidaklah seluruhna bersifat pasif,sebagaimana halnya denagan manusia dalan paham jabariyah atau predestination.

Bagi golongan Maturidiah perbuatan manusia adalah juga ciptaan Tuhan. Dalam hubungan ini,al Maturidiah,sebagai pengikut Abu Hanifah,menyebut dua perbuatan,perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia. Perbuatan Tuhan,mengambil bentuk penciptaan daya dalam diri manusia dan pemakaian daya itu sendiri merupakan perbuatan manusia.
Al maturidiah menyebutkan daya yang diciptakan,tetapi tidak ia jelaskan apakah daya itu merupakan daya manusia,seperti dijelaskan mu’tazilah,ataukah daya Tuhan seperti disebut asy’ariah.

2. PREDESTINATION (Jabariyah(
Kaum jabariyah berpendapat sebaliknya. Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Jadi nama Jabariyah berasal dari kata Jabaro yang mengandung arti memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam istilah inggris paham ini disebut fatalism atau predestination. Perbuatan perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qodlo dan qodar.
Ayat-ayat yang membawa kepada faham jabariyah, yaitu:

مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ (الأنعام)
Artinya: Mereka sebenarnya tidak akan percaya , sekirana Allah tidak menghendaki (QS. Al An’am 6:111).

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا (الحديد)
Artinya: Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan diri kamu, kecuali telah (ditentukan) di dalam buku sebelum Kami wujudkan (QS. Al Hadid 57: 22).
Al Ghazali memberi keterangan yang sama, Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia dan daya untuk berbuat dalam diri manusia. Perbuatan manusia terjadi dengan daya Tuhan dan bukan dengan daya manusia,sungguhpun yang tersebut terakhir ini rapat hubungannya dengan perbuatan itu. Oleh karena itu tidak dapat dikatakan manusialah yang menciptakan perbuatannya,untuk itu harus dicari term baru,kata Ghazali selanjutnya,dan sesuai dengan apa yang disebut dalam Al Qur’an,perbuatan manusia disebut al-kasb.
Dalam paham al Asyari untuk terwujudnya perbuatan perlu ada dua daya ,daya Tuhan dan daya manusia.Tetapi yang berpengaruh dan yang efektif pada akhirnya dalam perwujudtan ialah daya Tuhan.Demikianlah pahan Al Kasb sebagai diterangkan oleh pemuka-pemuka Asy Ariyah. Dalam Al Milal, Al Syahrastani mengatakan bahwa Al Kasb adalah perbuatan yang terletak di dalam lingkungan kekuasaan daya yang diciptakn dan diwujudkan dengan perantaraan daya yang diciptakan. Oleh karena itu Muhammad Abduh bahwa manusiaa dalam tetori Al Kasb tidaklah seluruhnya bersifat pasif, sebagaimana halnya denagan manusia dalan paham jabariyah atau predestination.
Bagi golongan Maturidiah perbuatan manusia adalah juga ciptaan Tuhan. Dalam hubungan ini, Al Maturidiah, sebagai pengikut Abu Hanifah, menyebut dua perbuatan, perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia. Perbuatan Tuhan ,mengambil bentuk penciptaan daya dalam diri manusia dan pemakaian daya itu sendiri merupakan perbuatan manusia.
Al Maturidiah menyebutkan daya yang diciptakan, tetapi tidak ia jelaskan apakah daya itu merupakan daya manusia,seperti dijelaskan mu’tazilah, ataukah daya Tuhan seperti disebut asy’ariah.

3. Perbedaan Konsep antara Free will dan Presdestination
Dari pengertian fre will dan presdestination di atas sangat jelas perbedaan konsep diantara keduanya, yang mana aliran free will menjelaskan bahwasannya manusia mempunyai kekuatan untu melaksanakan kehendaknya, mereka tidak di intervensi oleh Tuhan. Sedangkan presdestination menjelaskan bahwasannya perbuatan manusia telah ditentukan oleh qadha dan qadar Tuhan, manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya, tapi perbuatannya dalam keadaan terpaksa.



BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah yang telah kami buat dimana manusia tidak mempunyai daya dalam mewujudkan per,yaitu setiap aliran mempunyai konsep pandangan yang berbeda beda,termasuk paham free will dan predestination.Free will ialah system teologi dimana manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya baik kemauan dan kekuasaannya sendiri Dalam hal ini qodariyah atau mu’tazilah meganut paham free will .Berikutnya, predestination ialah  system teologi dimana manusia tidak berkuasa atas atas perbuatan-perbuatannya,melainkan itu semua atas kehendak Tuhan,,jabariyah lah penganut paham ini
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya faham free will berpendapat bahwasannya manusia mempunyai kekuasaan penuh dalam menentukan pebuatannya sehari-sehari, sedangkan faham presdestination berpendapat bahwasannya manusia tidak memiliki kekuasaan apapun dalam perbuatannya, karena perbuatan manusia telah ditentukan oleh qadha dan qadar Tuhan.

B.SARAN

Hendaknya  para pembaca dapat mengambil manfaatnya dari makalah ini sebagai penambah wawasan mengenai aliran aliran teologi islam,khususnya analisis dan perbandingan konsep antara free will dan predestination.



DAFTAR PUSTAKA


Majid ,Nurkholis. 1996. Khazanah Intelektual Islam. Bulan Bintang:Jakarta

Nasutio,Harun.2002.Teologi Islam.UI Press:Jakara

Rahman,Fazlur.2000.Studi Tentang Fundamentalisme Islam.Raja Grafindo Persada:Jakarta

Zaini,Hasan.1997.Tafsir Tematik Ayat Ayat Kalam Tafsir Al M araghi.Pedoman Ilmu Jaya:Jakarta

Majid ,Nurkholis. 1996. Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Nasutio, Harun. 2002. Teologi Islam. Jakara: UI Press.
Rahman, Fazlur. 2000.Studi Tentang Fundamentalisme Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Zaini, Hasan. 1997. Tafsir Tematik Ayat Ayat Kalam Tafsir Al M araghi. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Rozak, Abdul. 200. Ilmu kalam. Bandung : CV. Pustaka Setia
Bashori. 2001. Ilmu Tauhid. Malang: STAIN Malang















0 komentar:

Post a Comment