senin, 19 oktober 2015
Beberapa tahun yang lalu tepatnya ketika saya kelas 4 SD. Saya punya teman namanya Yasir. Dia dibesarkan dikeluarga yang sangat sederhana, bisa dibilang keluarganya termasuk keluarga miskin. Untuk kebutuhan sehari-harinya, mereka mengembala kambing punya tetangganya. Uang maupun beras yang mereka dapatkan dari pemilik kambing hanya cukup untuk kebutuhan sehari saja.
Yasir adalah
anak ke-3 dari empat bersaudara. Keterbatasan ekonomi tidak menyurutkan
semangat orang tuanya, untuk menyekolahkan anak-anaknya. Semua pekerjaan yang
bisa dikerjakan asalkan halal mereka kerjakan. Termasuk seperti mencari batu di
hutan, mencari ikan di sungai untuk di jual ketetangga deket rumahnya. Uang yang
di hasilkan dari penjualan itu mereka cicil buat kebutuhan sehari-hari dan
biaya sekolah anak-anaknya.
Disekolah yasir
terkenal anak yang ceria, ramah dan pintar. Prinsipnya walaupun ekonominya
terbatas, dia tidak mau kalah dengan teman-temannya yang kaya. Saya tau persis
gimana kalau dia belajar karena dia satu bangku denganku. Kalau waktu istirahat
dia jarang keluar kelas, dia membaca buku pelajaran yang sudah diterangkan oleh
gurunya tadi. Dia tidak pernah kekantin seperti saya dan teman-teman yang lain. Dia hanya duduk di
kursi dan membaca dan dia selalu masuk 3 besar di kelas.
Saya mengerti mungkin dia tidak punya uang
batinku. sering saya belikan jajan dan saya bawakan ke kelas tapi dia tidak
pernah mau menerimanya. Karena saya sudah berkali-kali menawarinya jajan tapi
tetap dia tidak mau menerimanya. Saya penasaran kenapa dia tidak pernah mau
menerima pemberianku. Kemudian saya memberanikan diri untuk bertanya.
Saya : Sir… (panggilan akrabnya
disekolah), kenapa kamu gak pernah mau menerima pemberianku?
Yasir : tidak apa-apa kok, saya
lagi gak pingin jajan aja.
Saya : beneran, ? apa lagi gak
punya uang ?
Yasir : punya kok, setiap hari
ayah saya selalu memberikan uang jajan buatku.
Saya : terus kenapa saya tidak pernah
lihat kamu kekantin, seperti teman-teman
yang lain ?
Yasir : ohhh itu, maaf karena uang yang diberikan oleh ayah saya,
saya simpan buat beli buku untuk semester depan. Kasian bapak saya pontang
panting , banting tulang cari uang buat biaya dan uang jajan saya sekolah.
Saya
langsung terdiam dan sanget malu, karena saya tidak pernah berfikir seperti
dia. Mulai hari itu saya sadar perjuangan orang tua saya juga tidak jauh beda
seperti orang tua dia. Saya tidak pernah minta uang jajan tapi kalau dikasih saya
terima hehe.
Pada
hari sabtu semua wali murid datang kesekolah, acara kelulusan dan kenaikan
kelas. Saya juara 1 dan Yasir juara 2. Waktu yang kita tunggu-tunggu juga sudah
di depan mata yaitu liburan semester dan liburan bulan puasa, semua teman-teman
saling berpelukan karena alhamdullah naik kelas semua. Kita berpisah dan selamat
ketemu di kelas 5.
Beberapa
minggu setelah liburan saya dapat kabar yang sangat memilukan, membuat hati
saya sangat sedih. Saya menangis karena teman akrab saya Yasir di kabarkan
meninggal. Ceritanya dia hilang dua hari dari rumahnya dan di temukan tergantung
di pohon beringin, tempat dia sering berteduh kalau mengembala kambing. Dia di
makamkan hari jum’at karena baru ditemukan pagi itu. Saya langsung kerumahnya
dan melihat langsung proses pemakamannya. yang membuat hati saya sangat sedih sampai
sekarang adalah ketika mau di mandikan dia masih pakai kaos olahraganya. nama saya
yang dia tulis dulu dikaosnya masih ada. Kata ayahnya dia juga sering cerita
tentang saya, kalau pulang dari sekolah. Setelah bapaknya tau kalau itu saya,
dia langsung memeluk saya dengan erat sambil menangis, saya juga tambah nangis
sekuat-kuatnya.
Buat sahabatku Yasir ,,, semoga
Allah selalu bersamamu. Amin ya Robbal ‘alamin
RAyap,,,
waduh brooo....... siiip wess
ReplyDeleteklo cerita ini memang ngga ada yang bisa diduakan.........
tersentuh berat ini saya bro....
100 buat anda
i like this......^^
makasi bro,,
ReplyDeletedo'ain ja bisa nulis terus heheh